JaringanMedia.co.id – Sebelum menyebabkan kasus Covid-19 melonjak lagi di Indonesia, varian mutasi India sempat terjadi di Singapura. Varian Delta dari India yang diyakini lebih menular, telah memicu klaster di Rumah Sakit Tan Tock Seng (TTSH) dan juga klaster Bandara Changi. Kini dua klaster tersebut sudah selesai dan teratasi.
Seorang juru bicara Depkes Singapura mengatakan kepada The Straits Times bahwa varian terdeteksi melalui pengurutan genom virus. Hal ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular untuk semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Hal ini berbeda seperti negara lain yang biasanya mengurutkan proporsi yang lebih kecil dari kasus yang dikonfirmasi.
Baca juga: 10 Ribu Pekerja Sektor Jasa Keuangan Divaksin, Ini Harapan Jokowi
Singapura mengatasinya dengan meningkatkan pengujian, pelacakan kontak, dan program vaksinasi untuk menjaga situasi tetap terkendali. Urutan genom mengacu pada teknik yang digunakan oleh otoritas kesehatan masyarakat dan peneliti untuk membaca urutan genetik patogen. Karena urutan ini unik untuk setiap varian, teknik ini memungkinkan pihak berwenang dan ilmuwan untuk mengidentifikasi varian.
Direktur National Public Health Laboratory, Associate Professor Raymond Lin, mengatakan upaya pengurutan Singapura telah difokuskan untuk membantu menentukan rantai penularan yang mengarah ke kelompok kasus. “Dengan pemahaman itu, kami mencoba untuk menghentikan atau mengurangi transmisi tersebut,” katanya.
Baca Juga: 10 Ribu Pekerja Sektor Jasa Keuangan Divaksin, Ini Harapan Jokowi
Direktur eksekutif Badan Sains, Teknologi, dan Institut Bioinformatika, dr. Sebastian Maurer-Stroh menambahkan ada satu klaster besar varian Delta lokal yakni di Bandara Changi. Di sana banyak pelancong regional membawa varian Delta. “Sehingga frekuensinya relatif tinggi di Singapura,” katanya.
Di antara tujuh kasus Delta Covid-19 yang dilaporkan di Singapura pada 4 Mei, lima adalah bagian dari klaster TTSH yang saat itu telah berkembang menjadi 40 staf rumah sakit, pasien, dan kerabat mereka. Karena klaster dikendalikan dengan lebih baik, jumlah kasus, dan karenanya urutan genomik berkurang hingga hanya satu genom virus yang dilaporkan.
“Kenaikan frekuensi relatif disertai dengan penurunan jumlah kasus di Singapura yang memiliki sistem pengawasan yang kuat, sebenarnya menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan virus,” ungkap ahli kesehatan. (jpc/jm)